Ini adalah kisah tentang seorang pelajar perempuan di sebuah sekolah perempuan di Palestin. Hari itu dewan sekolah ada perhimpunan seperti biasanya.
Pengawas pemeriksa masuk ke ruangan ini dengan penuh percaya seperti biasanya. Pengawas meminta izin kepada para pelajar untuk memeriksa beg-beg mereka. Dimulailah pemeriksaan.
Pada masa itu di hujung ruangan ada seorang pelajar yang sedang duduk. Dia memandang kepada pengawas pemeriksa dengan pandangan terpecah dan mata nanar, sedang tangannya memegang erat begnya.
Pandangannya semakin tajam setiap giliran pemeriksaan semakin dekat pada dirinya. Tahukah anda, apakah yang dia sembunyikan di dalam tasnya ???
Beberapa saat kemudian pengawas pemeriksa memeriksa pelajar yang ada di depannya. Dia pun memegang sangat erat begnya.
Seakan dia mengatakan, demi Allah mereka tidak akan membuka beg saya. Dan tiba lah giliran pemeriksaan pada dirinya. Dimulailah pemeriksaan.
Tolong buka beg kamu anakku, kata seorang guru anggota pengawas pemeriksa. Siswi itu tidak mahu membuka begnya.
Dia melihat wanita yang ada di depannya dalam diam sambil mendekap beg ke dadanya. Barikan begmu, wahai anakku, kata pemeriksa itu dengan lembut.
Namun tiba-tiba dia berteriak keras: tidak … tidak … tidak …
Teriakan itu mengejutkan para pemeriksa lainnya dan mereka pun berkumpul di sekeliling pelajar tersebut.
Terjadilah pergelutan sengit: berikan … tidak … berikan … tidak …
Apakah rahsia yang dia sembunyikan??? Dan apa yang sebenarnya terjadi???
Maka terjadilah adegan perebutan tangan untuk memperebutkan beg yang masih tetap berada dalam blockade pemiliknya.
Pelajar lain pun terkejut dan semua mata terbelalak. Seorang guru wanita berdiri dan tangannya diletakan di mulutnya. Ruangan tiba-tiba sunyi.
Semua terdiam. Ya Ilahi, apakah sebenarnya yang ada di dalam beg tersebut. Apakah benar bahawa si Fulanah (pelajar) tersebut ….
Setelah dibuat perbincangan akhirnya pengawas pemeriksa sepakat untuk membawa pelajar dan begnya ke bilik, supaya dapat dilanjutkan pemeriksaan yang barang kali mengambil masa yang lama …
Pelajar tadi masuk ke bilik sedang air matanya bercucuran bagai hujan. Matanya memandang ke arah semua yang hadir di ruangan itu dengan tatapan penuh benci dan marah.
Bagi mereka akan mengungkap rahsia dirinya di hadapan orang banyak. Ketua pengawas pemeriksa memerintahkannya duduk dan menenangkan situasi.
Dia pun mulai tenang. Dan guru besar sekolah pun bertanya, apa yang kau sembunyikan di dalam beg wahai anakku …?
Di sini, dalam keadaan yang sukar dan sulit, dia membuka begnya. Ya Ilahi, apakah gerangan yang ada di dalamnya??? Bukan. Bukan. Tidak ada sesuatu pun yang dilarang ada di dalam tasnya.
Tidak ada benda-benda haram, hand phone berkamera, gambar dan foto-foto atau surat cinta.
Demi Allah, tidak ada apa-apa di dalamnya kecuali sisa makanan (roti). Ya, itulah yang ada di dalam begnya.
Setelah ditanya tentang sisa makanan yang ada di dalam begnya, dia menjawab, setelah menarik nafas panjang.
“Ini adalah sisa-sisa roti makan pagi pelajar lain, yang masih tersisa separuh atau seperempatnya di dalam bungkusnya. Kemudian saya kumpulkan dan saya makan sebahagiannya. Sisanya saya bawa pulang untuk keluarga saya di rumah …Ya, untuk ibu dan saudara-saudara saya di rumah. Agar mereka memiliki sesuatu yang boleh dibuat untuk makan siang dan makan malam. Kami adalah keluarga miskin, tidak memiliki siapa-siapa. Kami bukan siapa-siapa dan memang tidak ada yang bertanya tentang kami. Alasan saya untuk tidak membuka beg, agar saya tidak malu di hadapan teman-teman di ruangan tadi.”
Tiba-tiba suara tangis meledak ruangan tersebut. Mata semua yang hadir bercucuran air mata sebagai tanda penyesalan atas perlakukan buruk pada siswi tersebut.
Ini adalah satu dari sekian banyak peristiwa kemanusiaan yang memilukan di Palestin.
Peristiwa ini juga terjadi di sekitar kehidupan kita. Kita tidak tahu, barang kali selama ini kita tidak peduli dengan mereka.
No comments:
Post a Comment